Memilih Ragam Kacamata Kehidupan
Kacamata sebaiknya tidak dibiasakan bertengger di atas hidung manakala mata masih sehat dan dapat bekerja sendiri secara optimal. Sebab sesungguhnya kacamata hanya akan membuat pandangan tidak obyektif dan terbatas oleh ‘lingkaran frame’ kacamata itu sendiri, walaupun kita akan merasakan dapat melihat secara ‘agak lebih baik’.
Apa-apa yang kita lihat lewat kacamata akan memberikan nuansa tertentu dan tergantung pada model kacamata yang kita pakai. Kacamata biru akan menampakkan obyek berwarna biru, kacamata kuning akan membuat kuning apa yang dilihat. Ada banyak ragam ‘kacamata’ yang dapat kita jumpai saat ini. Ada kacamata hitam, kacamata modis, kacamata baca, kacamata untuk berkendaraan dan sebagainya. Serta masih ada model kacamata lain, seperti kacamata seni, kacamata agama, kacamata pendidikan, kacamata hukum, kacamata ekonomi, politik dan banyak kacamata lainnya.
Dalam
kehidupan masyarakat kita saat ini, banyak orang telah ‘kehilangan penglihatannya”
yang benar. Sibuk dengan ‘kacamata baru’ yang ia pilih untuk melihat berbagai
fenomena keadaan dunia dan hidupnya. Masing-masing akan membenarkan
apa yang ia lihat dan membelanya. Kalau kacamata yang dipakai berbeda
bagaimana? Akibatnya menjadi ricuh. Yang memakai kacamata seni akan melihat
fenomena ‘goyang entog’ (jika saja ada), sebagai ekspresi seni yang indah dan
harus dihargai, yang pakai kacamata intertainment melihatnya sebagai sesuatu
yang laku dijual sehingga menguntungkan. Yang pakai kacamata pendidikan akan
melihatnya sebagai ‘ancaman’ bagi generasi bangsa. Yang pakai pakai kacamata
‘keranjang’ Pasti malah merasa senang.
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman
kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).”(An-Naml:4)
Sebagai
manusia yang tak berkuasa di dunia yang tak terprediksikan ini, kita punya
alasan dan ‘latar belakang’ yang sama atas keberadaan kita di dunia ini.
Seharusnya kita memilih kacamata dan melihat segalanya dalam kerangka yang sama
pula, dalam frame ‘kacamata’ agama kita.
Dengan begitu kita dapat melihat segalanya
secara obyektif dan jernih sehingga dapat mencari solusinya sesuai petunjuk
sang Pencipta dan Pengatur alam ini.
Pada dasarnya kita telah dibekali kacamata dalam diri kita. Kacamata yang bening, yang dapat merasakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Setiap kita pasti memilikinya, karena itulah fitrah kita. Selain itu kita juga diberi dua ‘buku’ pedoman, Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai pengatur dan penguat sinyal kacamata itu. Kebersihan dan kebeningan kacamata itu juga akan terjaga dengan amal ibadah yang kita lakukan dengan ikhlas. Jadi tunggu apa lagi, untuk menjernihkan segenap skema pemikiran dan peta konsep skenario alur kehidupan gunakan segera kacamata itu untuk memandang dan mengarungi segenap persoalan hidup yang kita jalani bukan ”kacamata yang lain-lain”.
Tetap Perhatikan Protokol Kesehatan.
No comments:
Post a Comment