Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap
tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahiran dari Ki Hajar Dewantara.
Berdasarkan catatan sejarah bangsa Indonesia, sejarah Hari Pendidikan Nasional dimulai untuk menghormati Ki Hajar Dewantara
yang berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Dimana hanya memungkinkan anak-anak yang lahir di Belanda atau orang kaya yang
bisa mengenyam pendidikan.
Sebagai insan pendidikan dan pelajar, kita tidak boleh hanya memperingati Hari Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, perlu diketahui esensi atau makna di balik peringatan tersebut. Sudahkah kita sebagai pelajar, orang terpelajar, atau pemangku kepentingan pendidikan mengetahui esensi dari Hari Pendidikan Nasional?
Pertama, mendorong kesadaran siswa untuk terus belajar,
tidak hanya melalui pendidikan formal. Salah satu gagasan dari Ki Hajar
Dewantara adalah Tri Sentra Pendidikan. Jelaskan bahwa pendidikan berlangsung
dalam tiga domain lingkungan, yaitu pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Oleh karena itu, seharusnya siswa tidak hanya menerapkan
pendidikan selama di sekolah sebagai ranah pendidikan formal. Sebagai
mahasiswa, mereka juga harus mampu berinisiatif untuk menempuh pendidikan di
ranah informal (dalam kehidupan keluarga), dan di masyarakat.
Namun, esensi penting dan utama adalah menghormati jasanya
dengan tetap semangat saat belajar dan berpartisipasi dalam mengembangkan
sehingga kualitas pendidikan yang kita miliki semakin baik sesuai dengan
karakter dan nilai-nilai bangsa Indonesia. Berikut sejumlah fakta terkait
Pendidikan Nasional, Hari Pendidikan Nasional dan Ki Hadjar Dewantara.
Apa saja fakta terkait pendidikan nasional?
1. Menurut tanggal
lahir
Peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei
didasarkan pada hari lahir sosok Ki Hadjar Dewantara. Lahir di Pakualaman, 2
Mei 1889, sosok kharismatik ini meninggal dunia di Yogyakarta,pada tanggal 26
April 1959 dalam usia 69 tahun. Ulang tahunnya diperingati di Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional.
2. Bukan nama asli
Ki Hadjar Dewantara sebenarnya bukanlah nama asli dari sosok
yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional ini. Nama aslinya adalah
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Mulai tahun 1922, namanya diubah menjadi Ki
Hajar Dewantara, kemudian disingkat Soewardi atau KHD.
3. Motto terkenal
Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang sangat terkenal
dari dulu hingga sampai sekarang. Motonya adalah "Tut wuri handayani, Ing
Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso". Ing Ngarso Sung Tulodo
artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan teladan.
Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang di tengah
kesibukannya juga harus mampu membangkitkan atau membangkitkan semangat. Tut
Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan etos kerja dari
belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani kini telah menjadi semboyan Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
4. Pendiri taman
siswa
Ki Hadjar Dewantara atau Soewardi mengembangkan sebuah konsep
pengajaran bagi sekolah yang didirikannya pada tanggal 3 Juli 1922, yaitu
Onderwijs National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Tinggi
Nasional Tamansiswa. Ketika berusia 40 tahun menurut penanggalan Jawa, ia mengganti
namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Dia sudah tidak lagi menggunakan gelar
bangsawan di depan namanya.
5. Diangkat sebagai
menteri
Dalam kabinet yang pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar
Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia yang pertama. Pada
tahun 1957 ia menerima gelar sebagai doktor kehormatan (doctor honoris causa,
Dr.H.C.) dari sebuah universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada.
Atas jasa-jasanya merintis pendidikan umum, beliau
dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Keppres No. 305 Tahun 1959, 28
November 1959). Beliau wafat di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959 dan
dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Demikianlah informasi tentang sejarah hari pendidikan nasional semoga
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment