torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Friday 26 July 2019

Karakteristik Pemimpin Kewirausahaan

Karakteristik Pemimpin Kewirausahaan


Karakter kompetensi kewirausahaan sebenarnya cukup banyak, namun pada kesempatan ini hanya lima yang dijelaskan. Lima karakter kepemimpinan kewirausahaan tersebut adalah:
(1) Inovasi;
(2) Motivasi Berprestasi Tinggi;
(3) Proaktif;
(4) Berani Ambil Resiko dan
(5) kerja keras dan pantang menyerah.

Innovativeness (inovatif)

Inovatif adalah karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan ide-ide baru yang bermanfaat di setiap kesempatan, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan mampu memecahkan masalah (Mattare; Chen; Okudan & Rzasa; Gupta, MacMillan & Surie dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Ciri inovatif juga nampak saat seorang pemimpin berusaha menyelesaikan masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Terbuka untuk gagasan, pandangan, dan penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan unjuk kerjanya. Mereka tidak terpaku pada masa lampau, tetapi selalu berpandangan ke depan untuk mencari cara-cara baru atau memperbaiki cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan unjuk kerjanya. Mereka cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil pemikirannya. Termasuk dalam perilaku inovatif ini ialah kecenderungan untuk selalu meniru, tetapi melalui penyempurnaan-penyempurnaan tertentu (imitative inovative) atau dengan kata lain, amati, tiru, modifikasi (ATM).


Pemimpin yang inovatif melekat kemampuan kreatifnya. Ia selalu menciptakan ide atau gagasan, dan atau produk yang bercirikan novelty (baru), original (orisinal), useable (bermanfaat), dan high product (produk berkualitas tinggi). Ciri bahwa suatu ide atau produk yang kreatif bilamana diakui oleh pakar di bidangnya. Sedang inovasi adalah penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya (Drucker, 1985). Contoh hasil inovasi antara lain kantin jujur, pembelajaran antikorupsi, pembelajaran berbasis multiple intelligences, manajemen sekolah bersertifikasi ISO, unit produksi “X” sebagai tempat praktik siswa memperoleh pengalaman kepemimpinan kewirausahaan, dan lain sebagainya.
Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan inovasi agar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinyaselalu memikirkan, memperbaiki, mengembangkan, melakukan pengayaan, memodifikasi sesuatu agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seorang dikatakan sebagai inovator bilamana: (1) dalam mengerjakan tugas dengan cara yang tidak konvensional; (2) menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak biasa; (3) tertarik pada hasil daripada proses; (4) tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutin; (5) kurang senang pada kesepakatan; dan (6) kurang sensitif terhadap orang lain (Kirton, 1976). menujukkan kepada mereka bukti kerja keras diri dan orang-orang sehingga bisa mencapai keberhasilan; (2) mendorong mereka untuk lebih banyak bertindak daripada hanya berbicara agar tujuan yang diharapkan terwujud; (3) mengajak mereka untuk menetapkan target dan membuat perencanaan tindakan dan waktu untuk mencapainya; dan (4) mendorong mereka agar kehidupannya lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. 

Motivasi Berprestasi Tinggi 

Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu dalam untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan yang dianggap penting. Teori kebutuhan Mc Clelland menyatakan bahwa ada tiga jenis kebutuan manusia, yaitu need for achievement (kebutuhan berprestasi), need for power (kebutuhan berkuasa), dan need for affiliation (kebutuhan berafiliasi). Menurutnya, jika seseorang memiliki kebutuhan yang sangat kuat, maka motivasinya juga kuat. Sebagai misal, kepala sekolah yang memiliki kebutuhan berprestasi, maka ia terdorong untuk menetapkan tujuan yang tinggi dan penuh tantangan, ia dengan keahliannya akan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.
Kepala sekolah perlu memiliki motivasi berprestasi tinggi agar mampu mengembangkan sekolah yang dipimpinnya. Pada gilirannya, dimana kepala sekolah mengaktualisasikan motivasi berprestasi yang tinggi, maka dapat memberikan pengaruh kuat kepada warga sekolah lainnya termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Cara menumbuhkan motivasi dalam diri diantaranya melalui:

(1) Tetapkan tujuan, yakin dan optimis bahwa kita dapat berubah, bahkan kita memang harus berubah untuk mencapai titik maksimum.
(2) Susunlah target yang masuk akal.
(3) Belajar menggunakan bahasa prestasi. Gunakanlah kata-kata optimistis, misalnya “masih ada peluang lagi”. Jadikan konsep ini sebagai budaya berpikir, berbicara, berdialog, dan bertindak.
(4) Belajar sendiri, cermat menganalisis diri. Masih adakah cara berpikir, perilaku, dan kebiasaan saya yang kurang menguntungkan.
(5) Perkaya motivasi. Kekayaan motivasi membuat kita tidak kehabisan pemasok daya penggerak. Fokuskan pada motivasi instrinsik (dalam diri). Sentuhan perasaan, pikiran, dan motivasi dari orang-orang terdekat juga dapat dimanfaatkan.



Proactiveness (proaktif) 


Bersikap proaktif berarti melakukan sesuatu dengan inisiatif sendiri, kemudian bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri, baik dari masa lalu, sekarang ataupun masa mendatang. Sikap proaktif ini menuntut untuk selalu mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipegang dan mengesampingkan suasana hati maupun keadaan. Sedangkan reaktif merupakan kebalikan dari proaktif itu sendiri, seperti menyerahkan kontrol dirinya pada situasi dan emosi dengan mengesampingkan prinsip dan nilai yang ada.
Pemimpin yang proaktif, termasuk kepala sekolah akan (1) mampu dan aktif mempengaruhi serta mengarahkan SDM-nya menuju masa depan; (2) mampu memanfaatkan setiap peluang; (3) mampu menerima tanggung jawab dari suatu kegagalan (Kuratko, Hornsby & Goldsby, 2007); dan (4) mampu mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi di masa depan dan merasa terdorong untuk melakukan perubahan dan perbaikan (Okudan & Rzasa dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Oleh sebab itu, pemimpin yang proaktif bersikap „aku bisa‟ dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.
Covey (2001) mengemukakan bahwa seseorang yang bersikap proaktif memiliki banyak manfaat, yaitu:
(1) tidak mudah tersinggung;
(2) bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya sendiri;
(3) berpikir sebelum bertindak;
(4) cepat pulih kalau terjadi sesuatu yang buruk;
(5) selalu mencari jalan keluar untuk menjadikan segalanya terlaksana;
(6) fokus pada hal-hal yang bisa mereka ubah, dan tidak mengkhawatirkan pada hal-hal yang tidak bisa diubah. Karakteristik proaktif sangat diperlukan bagi seorang pemimpin termasuk kepala sekolah. Kepala sekolah yang mengaktualisasikan karakteristik pribadi proaktif akan mampu dan mudah mempengaruhi para guru dan staf, siswa dan wali murid, serta stakeholder. Keadaan ini berbeda dengan apa yang akan dialami oleh seorang yang bersikap reaktif. Seseorang yang reaktif menunjukkan perilaku
(1) mudah tersinggung;
(2) menyalahkan orang lain;
(3) cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali;
(4) mudah mengeluh;
(5) menunggu segalanya terjadi pada dirinya; dan
(6) berubah hanya bila perlu.


Risk taking (berani mengambil risiko) 


Keberanian mengambil risiko, yaitu kemampuan seseorang untuk mau mengambil langkah dalam ketidakpastian dan mengambil beban tanggung jawab untuk masa depan (Chen dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Pengambilan risiko yang diperhitungkan merupakan salah satu karakteristik umum dari pemimpin kewirausahaan, terutama pada tahap awal dari proses berwirausaha (Robinson, Goleby & Hosgood; Zhao, Seibert & Hills dalam Bagheri, A. & Pihie, Z.A.L., 2009). Bahkan, Purdie E. Chandra (pemilik Primagama) menyatakan entrepreneur harus berani ambil risiko (Zaques, 2007). Ia juga mengatakan bahwa ambil risiko itu berarti gelap. Maksudnya, jangan terlalu banyak tahu. Setelah jalan, kita pakai street smart. Street smart itu yang akan melahirkan kecerdasan entrepreneur yang dibutuhkan untuk usaha pemula.

Kerja Keras dan Pantang Menyerah


Kerja keras dan pantang menyerah ialah kegiatan maksimal yang banyak menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Kepala sekolah bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. Pantang menyerah adalah daya tahan seseorang bekerja sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai. Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Orang yang pantang menyerah selalu bekerja keras dan motivasi kerjanya juga tak pernah pudar.
Kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan permasalahan, menghadapi tantangan, dan kendala yang ada di sekolahnya. Kepala-kepala sekolah yang memiliki sifat pantang menyerah akan mampu memajukan sekolahnya dengan sukses. Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah dengan menguatkan hati diri sendiri dan warga sekolah agar tidak mudah berputus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, dan selalu menjaga kesehatan jiwa dan raga agar tidak mudah letih atau sakit.

No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan