torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Friday 28 June 2019

Cerpen Remaja : Al-Qur’an untuk Ibu


Al-Qur’an untuk Ibu


Di pagi hari yang cerah,matahari mulai meyentuh kulit, Reni siap melangkahkan kaki menuju sekolah sambil membawa keranjang kue dagangan. Ibunya yang bernama Bu Isti telah lama menderita sakit ginjal.Terpaksa Renilah yang sekarang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Reni dan Bu Isti tinggal di Sukabumi .Mereka tinggal di rumah kecil yang terbuat dari kayu.Reni yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

“Bu,Reni sekolah dulu,ibu jaga diri baik-baik ya.Assalamualaikum.”

“IyaNak,kamu di sekolah jangan bandel, ikuti pelajaran yang Ibu dan bapak guru berikan.Waalaikumsalam. Hati-hati ya Nak!”

            “Iya Bu.”

Dimas anak pertama Bu Isti sudah menikah 2 tahun yang lalu, sekarang ia tinggal bersama istrinya di Surabaya. Setelah setahun lamanya Dimas tidak pulang kampung menemui ibu dan adiknya entah kenapa.


 “Assalamualaikum,” Reni masuk kelas menghampiri teman-temannya yang lebih dulu tiba di dalam kelas.

            “Eh kamu anak cupu,tumben jam segini sudah datang, biasanya kan kesiangan gara-gara dagangannya.Hahahahahahaha.......” Nuri,Syifa,dan Hani menghampiri Reni.

            “Iya, kan sekarang dagangannya sedikit,” Reni mnjawab dengan tutur kata yang lembut, seperti biasanya Reni tak pernah merasa sakit hati dengan ocehan teman-temannya.

            “Dagangannya kan sudah basi.Mana ada orang yang mau beli,” sambil berkata seperti itu Nuri juga menyenggol dagangan Reni,sehingga dagangannya berjatuhan.

            “Astagfirullohaladzim,” Reni berkata sambil menitikan air mata , namun dia tak mau membalas rasa sakit hatinya pada mereka, ia merasa lebih baik diam daripada harus bertengkar melawan mereka. Lalu Reni duduk di bangku seperti biasa.

            “Cengeng lo,” ejek Nuri.

            Dalam keadaan seperti itu Nuri tetap saja tidak merasa kasihan.Dia tidak merasakan apa yang orang lain rasakan. Reni sering diejek oleh teman-temanya.Kejadian itu Reni alami setiap hari.Namun itu tidak membuat Reni minder,bahkan di kelas Reni mendapat peringkat satu berkat ketekunan belajarnya.

            Reni memang anak yang hidup penuh kekurangan secara materi, namun dia tidak seperti anak-anak seusianya yang hidup manja, apalagi berfoya-foya. Reni anak yang suka bekerja keras , tekun, dan begitu sayang pada ibunya yang memang sangat membutuhkan perhatiannya karena beliau sedang menderita sakit . Reni tak pernah peduli dengan teman-teman yang suka mengejek dan mengolok-olok dagangannya .Keinginnya begitu kuat untuk membahagiakan ibunya dalam setiap keadaan.

            Jam istirahat,Reni keluar kelas dan menawarkan dagangannya sambil ditemani Fani teman baiknya.

            “Ren kok tumben bawa dagangannya sedikit?”

            “Iya Fan,soalnya aku lebih banyak bantu ibu.”

            “Oh kalau begitu mari sekarang tawarkan  dagangmu Ren mungkin langganan mu sudah menanti.”

            “Ayo Fan.Kamu mau bantu aku?”

            “Iya lah Ren,mau apa lagi aku ke sini sama kamu.Hehehehehe,” canda Fani.

            Kue...kue...kue...kue nya enak nih ayo beli!!! Tak memakan waktu lama dagangannya pun habis .Memang kue kue dagangan Reni enak rasanya dan murah pula hargannya.

Teng...teng...teng...

            Bel pulang berbunnyi,Reni keluar meninggalkan kelas.Setelah tiba di rumah,Reni menemui ibunya yang sedang duduk.

            “Assalamualaikum.Bu,Reni pulang.”

            “Waalaikumsalam.Sini masuk Nak.’

            “Bu,Alhamdulillah jualan Reni hari ini laku semua Bu.”

            “Alhamdulillah.Makasih ya Nak,kamu memang anak baik,” Bu Isti sangat bersyukur

            “Iya,sama-sama Bu.”

            “Kamu gak malu Nak,jualan  ke sekolah setiap hari?”

            “Ya enggak lah Bu ngapain harus malu Bu yang penting kita dapat uang dengan cara yang halal.”

            Kamu memang anak baik Nak.”

            “Terima kasih Bu.”

            Dalam keadaan sakit Bu Isti tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim.Ia selalu manunaikan sholat, tidak lupa membaca Al-Quran.Dengan Al-Qurannya yang lusuh ia tetap saja membacanya.Itu adalah Al-Quran satu-satunya milik Bu Isti. 

            “Reni,kamu sudah membaca Al-Quran?”

            “Belum bu.”

            “Sini bareng ibu yuk bacanya!”

Lalu Reni dan Bu Isti membaca Al-Quran bersama.

            Pukul 06.00 Reni sudah berangkat ke sekolah.Seperti biasa ia membawa barang dagangan.Sesampainya di kelas,Reni tidak melihat Nuri.Biasanya Nuri selalu datang lebih awal dari Reni.

Saat jam belajar pun tiba….

            “Assalamualikum,” Nuri datang sambil ngos-ngosan.

            “Waalaikumsalam.Kenapa kamu baru datang,” jawab Pak Ardi dengan nada agak tinggi.

            “Maafin saya Pak,tadi nunggu angkotnya lama jadi saya terlambat.”

            “Sekarang cepat duduk dan jangan ulangi kejadian ini lagi.”

            “Baik pak.”

Bel istirhat berbunyi.Reni dan Fani berbicara di luar sambil menjajakan dagangan.

            “Fan,aku ingin di hari ulang tahun ibu aku beliin ibu hadiah.”

            “Ya kenapa enggak lah Ren,Pake aja uang tabungan kamu.”

            “Oh iya Fan.Makasih ya Fan sarannya.”

            “Iya sama-sama Ren.”

            “Fan,besok janjian lagi ya beli hadiah nya.”

            “Iya Ren,siap!”

Lalu mereka masuk melanjutkan pelajarannya.

            Keesokan harinya pada pagi hari sebelum masuk sekolah,mereka membicarakan lagi tentang hadiah untuk Bu Isti.     

            “Fan,nanti sepulang sekolah antar aku beli hadiah untuk ibu ya!”

            “Iya Ren.Mau beli apa kamu?”

            “Aku mau beli Al-Quran.Karena Al-Quran ibu sudah lusuh.”

            “Wah,bagus Ren.Semoga saja ibu kamu suka hadiahnya.”

            “Iya Fan.”

            Bel pulang berbunyi.Reni dan Fani segera pergi ke toko untuk membeli Al-Quran.Mereka pergi naik angkot.

            Di dalam angkot ada dua orang pemuda berpenampilan  ala preman duduk di samping Reni. Reni, Fani,dan kedua orang itu lah yang berada di jok belakang angkot.Pemuda itu terus mengeser -geser duduknya berusaha mendekati Reni dan temannya. Reni menjauh dia tetap mendekati Reni.Yang pada akhirnya salah satu dari mereka menutup mulut Reni dan Fani dengan sapu tangan.Reni dan Fani pingsan tak sadarkan diri.Sepertinya kedua orang penjahat dan sopir angkot itu bersekongkol mereka berusaha mengincar perhiasan yang dipakai oleh Fani temannya Reni. Fani memang anak orang kaya tapi dia tidak suka sombong seperti teman-teman Reni yang lainnya. Dia selalu rendah hati dan sayang pada Reni. Reni dan Fani diturunkan di pinggi jalan yang sepi  tanpa ada orang yang melihatnya.Dompet milik Reni dan semua isinya diawa oleh kedua orang penjahat itu sementara belum sempat mengambil perhiasan yang dikenakan Fani seorang lelaki paruh baya lewat dan segera menolong keduannya..

“Astagfirullohaladzim.Tolong...tolong...tolong...” ia berteriak dengan keras sehingga orang-orang mulai berdatangan.

            “Ada apa ini?”

            “Ini ada dua orang yang  pingsan gak tahu siapa.Sepertinya mereka bukan orang yang tiggal di daerah sekitar ini.”

            “Ayo kita bawa ke rumah sakit.”

            “Ayo ayo!!!”

Sesampainya di rumah sakit Reni dan Fani dibawa ke ruang periksa dan ditangani dengan baik oleh dokter.

Beberapa menit kemudian.

            “Ohho...ohho,” Reni sadar dan mulai membuka matanya pelan-pelan.”Aku dimana sekarang?” Suster datang menghampiri Reni .

            “Nak,sekarang kamu dan teman kamu ada di rumah sakit.”

            “Apppaa ? Di rumah sakit? Kenapa aku bisa disini? Gimana ceritanya Sus?”

            “Tadi kamu dan teman kamu ditemukan tergeletak di hutan.Kalian dibawa kesini oleh bapak-bapak yang sudah nolongin kalian.”

            “Fani mana? Teman aku?”

            “Teman kamu ada di ruang sebelah.”

            “Gimana keadaannya Sus?”

            “Dia sudah sadar.”

Lalu Fani datang menghampiri Reni.

            “Fani....”

            “Reni....” mereka berpelukan.

            “Gimana kamu baik-baik aja kan?”

            “Iya Fan,aku baik-baik aja kok.”

            “Oh iya pembayarannya sudah dibayar oleh Bapak yang nolongin kalian tadi,” suster menyela pembicaraan mereka.

            “Alhamdulillah.Terima kasih.Dimana Sus Bapak yang tadi nolongin kita berdua?” tanya Reni

            “Sekarang beliau  sudah pulang.”

Kemudian mereka menuju termilnal untuk pulang.Kebetulan di saku baju Fani masih tersisa uang buat ongkos pulang.

            “Fan,aku gak nyangka kita bakalan seperti ini.”

            “Iya Ren.Utung saja kita selamat.”

            “Iya Fan.”

Mereka tertawa kembali.Kejadian tadi mereka lupakan.

            “Fan dompet aku diambil.”Begitu kecewanya hati Reni , tapi Reni memang  sungguh anak yang tak pernah putus asa ia segera dapat mengatasi rasa kecewanya , ia selalu ingat akan nasihat Almarhum ayahnya , jadilah anak yang pantang menyerah dalam hidupmu.

            “Gak apa-apa Ren yang penting jiwa kita masih selamat masalah uang nanti bisa kita cari lagi semua ini pasti ada hikmah nya Ren.”

            “Iya benar kamu.Semoga saja.”

Mereka terus melanjutkan perjalanannya menuju terminal.

            “Eh,apa nih?” sesuatu terinjak oleh Reni.

            “Ada apa Ren?”

            “Ini dompet siapa ya?”

Reni membuka dompet, ternyata ada KTP nya.Reni melihat nama yang tercantum dalam KTP.

            “Hasna Faridah.Bu Hasna.Ini kan tetangga aku.Aku harus kembliin ini dompet”

            “Iya Ren secepatnya.”

            Turun dari angkot,Reni menuju rumah Bu Hasna.Bu Hasna ada di depan rumahnya sedang menyiram tanaman.

            “Assalamualaikum bu.”

            “Eh Reni.Ada apa Ren?”

            “Bu,ini dompet ibu tadi saya emukan di jalan.”

            “Oh iya Ren.Makasih banyak Reni.Ibu sudah cape mencarinya kemana-mana.”

            “Iya sama-sama bu.Apakah masih ada semua isi dompetnya bu?”

            Bu Hasna membuka dompet,”Alhamdulillah masih ada Ren.”

Reni melangkah pergi.

            “Reni tunggu!”

            “Iya ada apa bu?”

Bu Hasna membuka dompet,lalu ia mengambil selembar  uang  kertas Rp.100.000.

            “Ini Ren,” Bu Hasna memberikan uang.

            “Ini untuk apa bu?”

            “ Ini untuk kamu.Sebagai tanda terima kasih ibu kepada kamu.”

            “Gak apa-apa bu,Reni ikhlas.”

            “Bawa aja Ren.”

            “Iya bu,makasih banyak bu.”

            “Iya sama-sama Reni.”

            Reni pulang berjalan kaki.Sesampainya di rumah,Reni tidak menceritakan kejadian tadi karena takut ibunya marah.

            “Assalamualaikum bu.”

            “Waalaikumsalam.Tumben pulangnya sore Ren?”

            “E...e...e...e...itu bu,Reni ada jadwal ekstrakulikuler,” jawab Reni dengan gugup.

            “Oh.Sekarang kamu mandi dulu ya!”

            “Iya bu.”

Untung saja ibu tidak curiga.

Keesokan harinya di sekolah.

            “Fan,Alhamdulillah aku diberi uang oleh Bu Hasna.Uang ini akan aku belikan hadiah untuk ibu.”

            “Yang bener? Alhamdulillah.”

Sepulang sekolah mereka pergi ke toko untuk membeli Al-Quran.

            “Kiri bang.” Reni turun dari angkot dan membayar ongkos.

            “Di sini aja ya Fan belinya.”

            “Iya Ren.”Cukup lama Reni memilih Al-Quran.Kemudian Reni menemukan satu pilihannya yaitu Al-Quran yang berwarna putih.

            “Bang,ini berapa harganya?”

            “Yang itu Rp.50.000 neng.”

            “50.000? gak bisa kurang Bang?”

            “Belinya aja mahal Neng,”

            “Oh ya gak apa-apa Bang.”

            “Yang ini aja Neng?”

            “Iya Bang.Bisa dibungkus disini gak Bang? Soalnya ini hadiah untuk ibu.”

            “Oh bisa Neng.”

Setelah itu mereka pun pulang ke rumah masing-masing..
        
            “Assalamualaikum Bu.”

            “Waalaikumslam.Dari mana aja kamu Ren?”

            “Maaf ya bu Reni pulangnya telat.Biasa Bu ada ekstrakulikuler.”

            “Oh ya udah.Sekarang kamu istirahat terus kamu mandi ya.”

            “Iya bu.”

            Lagi-lagi reni berbohong.Ini ia lakukan supaya ibunya tidak tahu bahwa Reni akan memberikan sesuatu. Reni sengaja menyembunyikan Al-Quran itu .Karena besok hari Minggu hari ulang tahun ibunya.

“ Bu , hari ini ibu ulang tahun ya Bu,”

            “Bu,maaf di hari ulang tahun ibu ini Reni gak bisa beli apa-apa untuk Ibu.”

            “Iya Ren gak apa-apa.Ibu juga tidak mengharapkan.”

            “Reni hanya bisa doain ibu dan....ini Bu” Reni memberika sebuah kotak yang berukuran agak besar.

            “Apa ini Ren? Hm.....katanya gak bisa beri apa-apa.”

            “Hihihihi,” Reni tertawa kecil.

Bu Isti membuka hadiah.

            “Alhamdulillah...... Reni makasih banyak,” Ibu menangis terharu.

            “Iya sama-sama bu.”

            Bu Isti sangat senang mendapat hadiah Al-Quran.Karena menurutnya dengan membaca Al-Quran akan menerangi kita kelak di alam kubur.

            Malam harinya pukul 20.00 ketika Bu Isti dan Reni sedang duduk santai,tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Setelah pintu dibuka ,ternyata yang datang adalah Dimas kakaknya  bersama istri,dan anaknya.

            “Assalamualaikum,” suara Dimas kembali terdengar setelah setahun lenyap.

            “Waalaikumsalam,” Reni dan Bu Isti menjawab bersamaan.

            “Reni....”

            “Kakak....”

Mereka berpelukan seakan lengkaplah kebahagiaan bu Isti saat itu. Reni mencium tangan  Dimas dan Ranti istri Dimas.

            “Ibu...” Dimas memeluk Bu Isti sambil menangis.

            “Nak ibu kangen,” Bu Isti juga memeluk Dimas sambil menangis.

            “Bu,ini Ranti,” Ranti juga memeluk ibu.

            “Bu,Reni,kalian baik-baik saja kan? Maafin Dimas,bukannya Dimas gak ingat sama kalian,tapi Dimas banyak sekali pekerjaan yang harus Dimas selesaikan.

            “Iya gak apa-apa kok Nak,kalian datang ke sini saja ibu sudah bahagia sekali.Karena di hari yang bahagia  ibu kita bisa berkumpul kembali seperti dulu.”

            “Oh iya bu,sekarang hari ulang tahun ibu. Kalau begitu Ini bu Dimas hanya bisa berikan ini untuk ibu.Mukena. ”

       “Makasih banyak Dimas.”

      “Eh keponaanku yang lucu dede Alfi...” Reni mencubit pipi Alfi sampai merah.Saking gemasnya.

      “Cucu nenek yang ganteng,sini nenek gendong,” Alfi pun mau digendong sama neneknya.

       Kehangatan dan kebersamaan pun tercipta kembali.Rasa sakit yang diderita Bu Isti serasa hilang menjauh.Tahun ini ditambah lagi dengan kehadiran seorang cucu yang lucu dan menggemaskan.Yaitu Alfi anaknya Dimas dan Ranti.



( Ryfa Rizkia Khairunnisa )


No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan