Al-Qur’an untuk Ibu
Di
pagi hari yang cerah,matahari mulai meyentuh kulit, Reni siap melangkahkan
kaki menuju sekolah sambil membawa keranjang kue dagangan. Ibunya yang
bernama Bu Isti telah lama menderita sakit ginjal.Terpaksa Renilah yang
sekarang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Reni dan
Bu Isti tinggal di Sukabumi .Mereka tinggal di rumah kecil yang terbuat
dari kayu.Reni yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
“Bu,Reni sekolah dulu,ibu
jaga diri baik-baik ya.Assalamualaikum.”
“IyaNak,kamu
di sekolah jangan bandel, ikuti pelajaran yang Ibu dan bapak guru berikan.Waalaikumsalam. Hati-hati
ya Nak!”
“Iya Bu.”
Dimas
anak pertama Bu Isti sudah menikah 2 tahun yang lalu,
sekarang ia tinggal bersama istrinya di Surabaya. Setelah setahun
lamanya Dimas tidak pulang kampung menemui ibu dan adiknya entah kenapa.
“Eh
kamu anak cupu,tumben jam segini sudah datang, biasanya kan kesiangan
gara-gara dagangannya.Hahahahahahaha.......” Nuri,Syifa,dan Hani menghampiri Reni.
“Iya, kan
sekarang dagangannya sedikit,” Reni mnjawab dengan tutur kata yang lembut,
seperti biasanya Reni tak pernah merasa sakit hati dengan ocehan teman-temannya.
“Dagangannya
kan sudah basi.Mana ada orang yang mau beli,” sambil berkata seperti itu Nuri
juga menyenggol dagangan Reni,sehingga dagangannya berjatuhan.
“Astagfirullohaladzim,”
Reni berkata sambil menitikan air mata , namun dia tak mau membalas rasa
sakit hatinya pada mereka, ia merasa lebih baik diam daripada harus bertengkar
melawan mereka. Lalu Reni duduk di bangku seperti biasa.
“Cengeng
lo,” ejek Nuri.
Dalam
keadaan seperti itu Nuri tetap saja tidak merasa kasihan.Dia tidak merasakan
apa yang orang lain rasakan. Reni sering diejek oleh teman-temanya.Kejadian
itu Reni alami setiap hari.Namun itu tidak membuat Reni minder,bahkan di kelas
Reni mendapat peringkat satu berkat ketekunan belajarnya.
Reni
memang anak yang hidup penuh kekurangan secara materi, namun dia tidak seperti
anak-anak seusianya yang hidup manja, apalagi berfoya-foya. Reni anak yang suka
bekerja keras , tekun, dan begitu sayang pada ibunya yang memang sangat
membutuhkan perhatiannya karena beliau sedang menderita sakit . Reni tak pernah
peduli dengan teman-teman yang suka mengejek dan mengolok-olok dagangannya
.Keinginnya begitu kuat untuk membahagiakan ibunya dalam setiap keadaan.
Jam
istirahat,Reni keluar kelas dan menawarkan dagangannya sambil ditemani Fani
teman baiknya.
“Ren
kok tumben bawa dagangannya sedikit?”
“Iya
Fan,soalnya aku lebih banyak bantu ibu.”
“Oh
kalau begitu mari sekarang tawarkan dagangmu Ren mungkin
langganan mu sudah menanti.”
“Ayo
Fan.Kamu mau bantu aku?”
“Iya
lah Ren,mau apa lagi aku ke sini sama kamu.Hehehehehe,” canda Fani.
Kue...kue...kue...kue
nya enak nih ayo beli!!! Tak memakan waktu lama dagangannya pun habis
.Memang kue kue dagangan Reni enak rasanya dan murah pula hargannya.
Teng...teng...teng...
Bel
pulang berbunnyi,Reni keluar meninggalkan kelas.Setelah tiba di rumah,Reni
menemui ibunya yang sedang duduk.
“Assalamualaikum.Bu,Reni
pulang.”
“Waalaikumsalam.Sini
masuk Nak.’
“Bu,Alhamdulillah
jualan Reni hari ini laku semua Bu.”
“Alhamdulillah.Makasih
ya Nak,kamu memang anak baik,” Bu Isti sangat bersyukur
“Iya,sama-sama Bu.”
“Kamu
gak malu Nak,jualan ke sekolah setiap hari?”
“Ya
enggak lah Bu ngapain harus malu Bu yang penting kita dapat uang
dengan cara yang halal.”
Kamu
memang anak baik Nak.”
“Terima
kasih Bu.”
Dalam
keadaan sakit Bu Isti tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang
muslim.Ia selalu manunaikan sholat, tidak lupa membaca Al-Quran.Dengan
Al-Qurannya yang lusuh ia tetap saja membacanya.Itu adalah Al-Quran
satu-satunya milik Bu Isti.
“Reni,kamu
sudah membaca Al-Quran?”
“Belum
bu.”
“Sini
bareng ibu yuk bacanya!”
Lalu Reni dan Bu Isti membaca
Al-Quran bersama.
Pukul
06.00 Reni sudah berangkat ke sekolah.Seperti biasa ia membawa barang
dagangan.Sesampainya di kelas,Reni tidak melihat Nuri.Biasanya Nuri selalu
datang lebih awal dari Reni.
Saat jam belajar pun
tiba….
“Assalamualikum,”
Nuri datang sambil ngos-ngosan.
“Waalaikumsalam.Kenapa
kamu baru datang,” jawab Pak Ardi dengan nada agak tinggi.
“Maafin
saya Pak,tadi nunggu angkotnya lama jadi saya terlambat.”
“Sekarang
cepat duduk dan jangan ulangi kejadian ini lagi.”
“Baik
pak.”
Bel istirhat berbunyi.Reni
dan Fani berbicara di luar sambil menjajakan dagangan.
“Fan,aku
ingin di hari ulang tahun ibu aku beliin ibu hadiah.”
“Ya
kenapa enggak lah Ren,Pake aja uang tabungan kamu.”
“Oh
iya Fan.Makasih ya Fan sarannya.”
“Iya
sama-sama Ren.”
“Fan,besok
janjian lagi ya beli hadiah nya.”
“Iya
Ren,siap!”
Lalu mereka masuk melanjutkan
pelajarannya.
Keesokan
harinya pada pagi hari sebelum masuk sekolah,mereka membicarakan lagi tentang
hadiah untuk Bu Isti.
“Fan,nanti
sepulang sekolah antar aku beli hadiah untuk ibu ya!”
“Iya
Ren.Mau beli apa kamu?”
“Aku
mau beli Al-Quran.Karena Al-Quran ibu sudah lusuh.”
“Wah,bagus
Ren.Semoga saja ibu kamu suka hadiahnya.”
“Iya
Fan.”
Bel
pulang berbunyi.Reni dan Fani segera pergi ke toko untuk membeli
Al-Quran.Mereka pergi naik angkot.
Di
dalam angkot ada dua orang pemuda berpenampilan ala preman duduk di
samping Reni. Reni, Fani,dan kedua orang itu lah yang berada di jok
belakang angkot.Pemuda itu terus mengeser -geser duduknya berusaha mendekati
Reni dan temannya. Reni menjauh dia tetap mendekati Reni.Yang pada
akhirnya salah satu dari mereka menutup mulut Reni dan Fani dengan sapu
tangan.Reni dan Fani pingsan tak sadarkan diri.Sepertinya kedua orang penjahat
dan sopir angkot itu bersekongkol mereka berusaha mengincar perhiasan yang
dipakai oleh Fani temannya Reni. Fani memang anak orang kaya tapi dia tidak
suka sombong seperti teman-teman Reni yang lainnya. Dia selalu rendah hati dan
sayang pada Reni. Reni dan Fani diturunkan di pinggi jalan yang sepi tanpa
ada orang yang melihatnya.Dompet milik Reni dan semua isinya diawa oleh kedua
orang penjahat itu sementara belum sempat mengambil perhiasan yang
dikenakan Fani seorang lelaki paruh baya lewat dan segera menolong keduannya..
“Astagfirullohaladzim.Tolong...tolong...tolong...”
ia berteriak dengan keras sehingga orang-orang mulai berdatangan.
“Ada
apa ini?”
“Ini
ada dua orang yang pingsan gak tahu siapa.Sepertinya mereka bukan
orang yang tiggal di daerah sekitar ini.”
“Ayo
kita bawa ke rumah sakit.”
“Ayo
ayo!!!”
Sesampainya
di rumah sakit Reni dan Fani dibawa ke ruang periksa dan ditangani dengan baik
oleh dokter.
Beberapa menit kemudian.
“Ohho...ohho,”
Reni sadar dan mulai membuka matanya pelan-pelan.”Aku dimana sekarang?” Suster
datang menghampiri Reni .
“Nak,sekarang
kamu dan teman kamu ada di rumah sakit.”
“Apppaa ?
Di rumah sakit? Kenapa aku bisa disini? Gimana ceritanya Sus?”
“Tadi
kamu dan teman kamu ditemukan tergeletak di hutan.Kalian dibawa kesini oleh
bapak-bapak yang sudah nolongin kalian.”
“Fani
mana? Teman aku?”
“Teman
kamu ada di ruang sebelah.”
“Gimana
keadaannya Sus?”
“Dia
sudah sadar.”
Lalu Fani datang menghampiri
Reni.
“Fani....”
“Reni....”
mereka berpelukan.
“Gimana
kamu baik-baik aja kan?”
“Iya
Fan,aku baik-baik aja kok.”
“Oh
iya pembayarannya sudah dibayar oleh Bapak yang nolongin kalian tadi,”
suster menyela pembicaraan mereka.
“Alhamdulillah.Terima
kasih.Dimana Sus Bapak yang tadi nolongin kita berdua?” tanya Reni
“Sekarang beliau sudah
pulang.”
Kemudian mereka menuju
termilnal untuk pulang.Kebetulan di saku baju Fani masih tersisa uang buat
ongkos pulang.
“Fan,aku
gak nyangka kita bakalan seperti ini.”
“Iya
Ren.Utung saja kita selamat.”
“Iya
Fan.”
Mereka tertawa kembali.Kejadian
tadi mereka lupakan.
“Fan
dompet aku diambil.”Begitu kecewanya hati Reni , tapi Reni memang sungguh
anak yang tak pernah putus asa ia segera dapat mengatasi rasa kecewanya , ia
selalu ingat akan nasihat Almarhum ayahnya , jadilah anak yang pantang menyerah
dalam hidupmu.
“Gak
apa-apa Ren yang penting jiwa kita masih selamat masalah uang nanti bisa kita
cari lagi semua ini pasti ada hikmah nya Ren.”
“Iya
benar kamu.Semoga saja.”
Mereka terus melanjutkan
perjalanannya menuju terminal.
“Eh,apa
nih?” sesuatu terinjak oleh Reni.
“Ada
apa Ren?”
“Ini
dompet siapa ya?”
Reni membuka dompet, ternyata
ada KTP nya.Reni melihat nama yang tercantum dalam KTP.
“Hasna
Faridah.Bu Hasna.Ini kan tetangga aku.Aku harus kembliin ini dompet”
“Iya
Ren secepatnya.”
Turun
dari angkot,Reni menuju rumah Bu Hasna.Bu Hasna ada di depan rumahnya sedang
menyiram tanaman.
“Assalamualaikum
bu.”
“Eh
Reni.Ada apa Ren?”
“Bu,ini
dompet ibu tadi saya emukan di jalan.”
“Oh
iya Ren.Makasih banyak Reni.Ibu sudah cape mencarinya kemana-mana.”
“Iya
sama-sama bu.Apakah masih ada semua isi dompetnya bu?”
Bu
Hasna membuka dompet,”Alhamdulillah masih ada Ren.”
Reni melangkah pergi.
“Reni
tunggu!”
“Iya
ada apa bu?”
Bu Hasna membuka dompet,lalu
ia mengambil selembar uang kertas Rp.100.000.
“Ini
Ren,” Bu Hasna memberikan uang.
“Ini
untuk apa bu?”
“
Ini untuk kamu.Sebagai tanda terima kasih ibu kepada kamu.”
“Gak
apa-apa bu,Reni ikhlas.”
“Bawa
aja Ren.”
“Iya
bu,makasih banyak bu.”
“Iya
sama-sama Reni.”
Reni
pulang berjalan kaki.Sesampainya di rumah,Reni tidak menceritakan kejadian tadi
karena takut ibunya marah.
“Assalamualaikum
bu.”
“Waalaikumsalam.Tumben
pulangnya sore Ren?”
“E...e...e...e...itu
bu,Reni ada jadwal ekstrakulikuler,” jawab Reni dengan gugup.
“Oh.Sekarang
kamu mandi dulu ya!”
“Iya
bu.”
Untung saja ibu tidak curiga.
Keesokan harinya di sekolah.
“Fan,Alhamdulillah
aku diberi uang oleh Bu Hasna.Uang ini akan aku belikan hadiah untuk ibu.”
“Yang
bener? Alhamdulillah.”
Sepulang sekolah mereka pergi
ke toko untuk membeli Al-Quran.
“Kiri
bang.” Reni turun dari angkot dan membayar ongkos.
“Di sini
aja ya Fan belinya.”
“Iya
Ren.”Cukup lama Reni memilih Al-Quran.Kemudian Reni menemukan satu pilihannya
yaitu Al-Quran yang berwarna putih.
“Bang,ini
berapa harganya?”
“Yang
itu Rp.50.000 neng.”
“50.000?
gak bisa kurang Bang?”
“Belinya
aja mahal Neng,”
“Oh
ya gak apa-apa Bang.”
“Yang
ini aja Neng?”
“Iya Bang.Bisa
dibungkus disini gak Bang? Soalnya ini hadiah untuk ibu.”
“Oh
bisa Neng.”
Setelah itu mereka pun pulang ke
rumah masing-masing..
“Assalamualaikum Bu.”
“Waalaikumslam.Dari
mana aja kamu Ren?”
“Maaf
ya bu Reni pulangnya telat.Biasa Bu ada ekstrakulikuler.”
“Oh
ya udah.Sekarang kamu istirahat terus kamu mandi ya.”
“Iya
bu.”
Lagi-lagi
reni berbohong.Ini ia lakukan supaya ibunya tidak tahu bahwa Reni akan
memberikan sesuatu. Reni sengaja menyembunyikan Al-Quran itu .Karena
besok hari Minggu hari ulang tahun ibunya.
“ Bu , hari ini ibu ulang
tahun ya Bu,”
“Bu,maaf
di hari ulang tahun ibu ini Reni gak bisa beli apa-apa untuk Ibu.”
“Iya
Ren gak apa-apa.Ibu juga tidak mengharapkan.”
“Reni
hanya bisa doain ibu dan....ini Bu” Reni memberika sebuah kotak yang
berukuran agak besar.
“Apa
ini Ren? Hm.....katanya gak bisa beri apa-apa.”
“Hihihihi,”
Reni tertawa kecil.
Bu Isti membuka hadiah.
“Alhamdulillah......
Reni makasih banyak,” Ibu menangis terharu.
“Iya
sama-sama bu.”
Bu
Isti sangat senang mendapat hadiah Al-Quran.Karena menurutnya dengan membaca
Al-Quran akan menerangi kita kelak di alam kubur.
Malam
harinya pukul 20.00 ketika Bu Isti dan Reni sedang duduk santai,tiba-tiba
terdengar suara ketukan pintu. Setelah pintu dibuka ,ternyata yang
datang adalah Dimas kakaknya bersama istri,dan anaknya.
“Assalamualaikum,”
suara Dimas kembali terdengar setelah setahun lenyap.
“Waalaikumsalam,”
Reni dan Bu Isti menjawab bersamaan.
“Reni....”
“Kakak....”
Mereka berpelukan seakan
lengkaplah kebahagiaan bu Isti saat itu. Reni mencium tangan Dimas
dan Ranti istri Dimas.
“Ibu...”
Dimas memeluk Bu Isti sambil menangis.
“Nak
ibu kangen,” Bu Isti juga memeluk Dimas sambil menangis.
“Bu,ini
Ranti,” Ranti juga memeluk ibu.
“Bu,Reni,kalian
baik-baik saja kan? Maafin Dimas,bukannya Dimas gak ingat sama kalian,tapi
Dimas banyak sekali pekerjaan yang harus Dimas selesaikan.
“Iya
gak apa-apa kok Nak,kalian datang ke sini saja ibu sudah bahagia
sekali.Karena di hari yang bahagia ibu kita bisa berkumpul
kembali seperti dulu.”
“Oh
iya bu,sekarang hari ulang tahun ibu. Kalau begitu Ini bu Dimas hanya
bisa berikan ini untuk ibu.Mukena. ”
“Makasih
banyak Dimas.”
“Eh
keponaanku yang lucu dede Alfi...” Reni mencubit pipi Alfi sampai merah.Saking
gemasnya.
“Cucu
nenek yang ganteng,sini nenek gendong,” Alfi pun mau digendong sama neneknya.
Kehangatan
dan kebersamaan pun tercipta kembali.Rasa sakit yang diderita Bu Isti serasa
hilang menjauh.Tahun ini ditambah lagi dengan kehadiran seorang cucu yang
lucu dan menggemaskan.Yaitu Alfi anaknya Dimas dan Ranti.
( Ryfa
Rizkia Khairunnisa )
No comments:
Post a Comment