torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Sunday 20 October 2019

CERPEN : ANDAIKAN AYAH TIDAK TERGODA

ANDAIKAN AYAH TIDAK TERGODA

(Emay Kusmayati, S.Pd.)

Sambil tiduran menatap langit-langit kamar, memori kepedihan kembali melanglang.
Aku sebagai anak sulung sangat mengesalkan dengan kelakuan ayah yang tidak baik. Dulu aku dan adik-adik merasa bahagia merasakan kehangatan kasih sayang kedua orang tuaku, kemanapun kami bila bepergian jauh selalu bersama, makanpun selalu bersama bila kami semua berada di rumah.
 “Makan yang banyak Irfan supaya kamu cepat besar.” kata Ayah ketika kami makan malam bersama.
“Iya, Irfan kamu harus makan banyak supaya sehat dan kuat, kamu kan harus menjaga adik-adik.” Ibu menimpali.



“Memangnya aku satpam, Bu, “kataku sambil tertawa.
Semuanya jadi ikut tertawa tapi kebersamaan dan kehangatan itu hanyalah tinggal kenangan.
Kini segalanya telah hancur semenjak ayah tergoda lagi oleh Ani, seorang gadis lulusan SMEA.
Sejak itu rumah tangga ayah dan ibu sering diwarnai pertengkaran demi pertengkaran sehingga berimbas pada kami sebagai anak-anaknya menjadi tidak nyaman dan tidak kerasan tinggal di rumah, mental kami seperti terguncang.
Bumi terasa sempit langit terasa runtuh, darah terasa mendidih tubuh terasa terbakar.
Situasi di rumah selalu panas tidak ada kedamaian. Aku memutuskan untuk tinggal bersama kakek sampai sekarang.
“Maafkan aku adik-adiku. Kakak tidak dapat menjagamu, kakak terpaksa mengambil keputusan ini. Maafkan aku, bu.” kataku sambil menangis.
Mereka  tidak dapat berkata apa-apa karena merasa kaget dengan keputusanku. Kami hanya bisa menangis berangkulan.
Mungkin sudah tidak ada kecocokan lagi akhirnya rumah tangga ayah dan ibu tidak dapat dipertahankan.
Rumah tangga yang telah dibina puluhan tahun telah kandas, hancur lebur. Saat itu hati ibu bagai kena pedang bermata dua, sakit sekali. Setelah bercerai ayahpun menikahi selingkuhannya. Mungkin waktu itu ayah merasa menang, merasa jantan dan merasa perkasa. Ayah merasa bangga karena beranggapan bukan seorang yang ortodoks bisa menikahi seorang gadis yang muda belia padahal menurutku pikirannya berjalan di luar rel kebenaran. Sepertinya kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan ayah sesaat saja buktinya sekarang ayah hidup sangat sengsara dengan tiga orang anak dari pernikahannya dengan  Ani.
Aku merasa iba dengan keadaannya seperti itu, dengan kesusahan dan kesengsaraannya ditambah lagi sekarang ayah tidak punya pekerjaan yang tetap.
Aku merasa prihatin walaupun telah menyakiti keluarga dengan kelakuannya  tapi tetap dia adalah ayahku, tidak ada istilah bekas ayah. Aku hanya bisa mengusap dada dengan keadaannya.
Andaikan bisa memutar waktu mungkin ayah tidak akan melakukan hal seperti itu. Sekarang semuanya sudah kepalang basah, penyesalah tiada berguna, nasi  sudah menjadi bubur.
Andaikan dulu ayah tidak tergoda keadaan akan menjadi lain. Mungkin sampai sekarang hidup kami akan bahagia merasakan kehangatan dan merasakan kasih sayang orang tua selamanya. Seharusnya ayah berpikiran jauh membayangkan akibat dari melajur nafsu. Rumah tangga menjadi kacau, anak-anak tidak terurus. Aku kasihan melihat keadaan ibu juga adik-adik, Tara dan Fani. Mereka tidak pernah mengenyam bangku kuliah, keinginan untuk kuliah hanyalah dalam lamunan.
“Tara,  Fani! Jangan bersedih, ya. Kakak tahu kalian pasti ingin kuliah tapi kalian harus menyadari dari mana ibu mendapatkan uang untuk menyekolahkan kalian.” kataku.
“Tidak apa-apa, kak! Memang dalam hati kecil, Tara ingin sekali merasakan duduk di bangku Perguruan Tinggi tapi  kuarasa itu tak mungkin. Kak Irfan beruntung sekarang telah menjadi seorang sarjana, sedangkan aku.... mungkinkah...?” tanya Tara.
“Tara, kamu jangan berputus asa menurut manusia tidak mungkin tapi mungkin menurut Tuhan, kakak selalu mendoakan kalian mudah-mudahan di kemudian hari kalian dapat mencapai cita-cita, dapat merasakan duduk di bangku Perguruan Tinggi menjadi seorang mahasiswa. Jangan jemu-jemu kita mengharap seperti ombak memecah. Kak Irfan pun tak pernah menyangka. Alhamdulillah berkat ridho-Nya, kak Irfan telah menjadi Sarjana melalui kemuliaan hati kakek yang telah digerakkan oleh Allah SWT. Kallian rajinlah berdo’a memohon kepada Sang Penguasa Alam, insya Allah atas kehendak-Nya keajaiban pasti akan datang.” kataku menenangkan mereka.
“Terima kasih atas semua nasehatnya, kak. Aku menerima keadaan ini dengan jiwa besar, aku tidak akan tergiur oleh kesenangan orang lain. Memang angan-angan menerawang langit, tapi angan-angan jangan mengikat tubuh. Aku bersyukur dengan semua ini. Aku  hanya ingin berbakti sepenuhnya kepada ibu yang telah membesarkanku.” kata Tara mewakili adiknya, Fani yang dari tadi hanya berdiam diri.
“Alhamdulillah, memang  kamu orang yang baik, Tara.” kataku bangga.
“Ah..... kak Irfan bisa saja, kalau aku punya sayap aku bisa terbang, kak.” kata Tara sambil tertawa. Fani pun ikut tertawa.
Aku merasa lega melihat keceriaan mereka tapi aku tidak bisa meraba bagaimana hati mereka yang sebenarnya.
Ya...... Tuhan. Engkau telah membimbing adik-adikku  ke jalan yang benar. Mereka telah menjadi manusia yang sabar dan tegar. Engkau Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Ya..... Tuhan. Jagalah keluarga kami. Janganlah kami hidup bagai kapal tanpa nakhoda, berilah kesempatan kepada kami untuk berenang di laut madu, semoga keluarga kami selamanya mendapat perlindungan dari-Mu. Aamiin.

Cisaga, 5 April 2014

================

Kita diperintahkan shalat dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Bukhari]

Untuk Cek NISN, NPSN, NUPTK dan NUKS -klik pada gambar di bawah ...


Apabila ada yang salah "Mohon Maaf" mudah-mudahan berkenan mengoreksinya ...


Baca Juga  artikel ...

No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan