Oleh : Uju Gunawan, S.Pd. M.Pd.
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur. Prinsip yang paling esensial dari konstruktivisme adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungannya. Dan menurut Poedjiati (dalam Syamsiah, 2006:10) pada dasarnya manusia dikaruniai kemampuan untuk mengkonstruk atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya yaitu alam.
Konflik kognitif muncul saat terjadi interaksi antara pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang tidak dapat dipadukan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifkasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru. Masuknya informasi ke dalam struktur kognitif (skhemata) menurut Piaget (Dahar,R.W.1996:160) melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan akomodasi.
Skema/skhemata adalah suatu stuktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Wadsworth (1989) skhemata adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi hipotesis, seperti intelek, kreativitas, kemampuan, dan naluri. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Menurut Wadsworth, asimilasi tidak menyebabkan perubahan/pergantian skema, melainkan memperkembangkan skema. (Suparno, 1997:30-31)
Sejalan dengan keterangan di atas, menurut Bell, Drive dan Leach dalam Yuliariatiningsih dan karli (dalam Sepniwati, 2012:8) pendekatan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self regulation). Dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman belajarnya.
Paham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skhemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian dan pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).
Karli dan Margareta (dalam Sepniwati, 2012:10) menegaskan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dan siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya,yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Pendidik sejatinya lebih berperan hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Gunakanlah fungsi tersebut sebaik mungkin untuk memberikan stimulant yang produktif untuk membangkitkan keaktifan mental siswa secara optimal serta memberikan ruang gerak positif untuk mengkonstruksi pemahamannya bahkan mampu mengimplementasikan tindakan-tindakan positifnya dalam kehidupan.
No comments:
Post a Comment