KEBIJAKAN KURIKULUM PROTOTIPE UNTUK MEMBANTU PEMULIHAN PEMBELAJARAN
Kurikulum prototipe adalah bagian dari upaya sistemik untuk mengatasi krisis belajar: rendahnya kompetensi dasar dan ketimpangan yang tinggi.
● Indonesia telah berhasil meningkatkan secara signifikan akses (angka partisipasi), terutama pada jenjang pendidikan dasar.
● Namun data berbagai survei nasional dan internasional, serta trend skor Ujian Nasional mengindikasikan bahwa dalam 15-20 tahun terakhir, hasil belajar tidak mengalami peningkatan.
● Survei AKSI juga menunjukkan adanya ketimpangan besar antar daerah dalam hasil belajar murid.
Riset menunjukkan bahwa pandemi menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan
▪ Sebelum pandemi, kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi.
▪ Setelah pandemi, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan (learning loss).
▪ Untuk literasi, learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar.
▪ Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar
Sebagai bagian dari mitigasi learning loss, sekolah diberi opsi untuk menggunakan kurikulum yang disederhanakan agar dapat berfokus pada penguatan karakter dan kompetensi mendasar
Kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya
Survei pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kab/kota dari 8 provinsi (April-Mei 2021) menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.
Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi)
Kurikulum Darurat efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk fokus pada materi esensial dan menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam untuk mengembangkan karakter dan kompetensi dasar 7 Data kualitatif mengonfirmasi bahwa guru merasa terbantu untuk melihat materi yang esensial, sehingga bisa merancang dan menerapkan pembelajaran yang lebih baik. Modul literasi-numerasi dari Kemendikbud Ristek juga sering disebutkan sebagai alat bantu yang bermanfaat untuk penerapan kurikulum.
Penyederhanaan tergambar pada jumlah kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengalami penurunan antara 42% (SMA peminatan) sampai 68% (SMP).
Untuk melihat lebih jelas tentang paparan silahkan klik Di Sini
No comments:
Post a Comment