torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Saturday 23 November 2019

Jodoh Tidak Akan Kemana

Jodoh Tidak Akan Kemana
(Emay Kusmayati, S.Pd.)

Jodoh itu memang kuat buktinya aku. Sudah puluhan tahun aku meninggalkan Sinta, akhirnya aku berjodoh juga dengannya.
Ketika aku menikah dengan Ayu, janda beranak empat, aku telah bertunangan dengan Sinta. Pada waktu itu entah setan apa yang membelengguku. Sehingga aku tergoda oleh Ayu, yang masih kerabatku juga.
Mungkin karena Ayu sering menemuiku di kantor atau ke tempat kosku. Padahal Sinta tunanganku sangat aku cintai. Namanya laki-laki yang kurang kuat imannya, akhirnya terjadilah hal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Karena suatu kecelakaan dengan terpaksa aku menikahi Ayu sebab aku harus bertanggungjawab. Otomatis aku memutusan tali pertunangan dengan Sinta.
Meskipun sangat berat tapi harus bagaimana lagi, Sinta dengan terpaksa harus menerima keputusanku untuk menikahi Ayu. Ini adalah sesuatu yang irrasional.
 “Sinta, maafkan aku. Ini kesalahan yang paling besar dalam kehidupanku. Bukan aku tega meninggalkanmu, bukan aku tidak mencintaimu, sampai kapanpun cintaku tidak akan pernah surut kepadamu. Namamu telah terpatri kuat di hatiku, tapi semua ini terjadi karena kekhilapanku, maafkan aku Sinta,” kataku sambil menangis.
“Mas Reza biarlah aku telah rela memutuskan tali pertunangan kita. Aku mengerti, aku juga seorang wanita. Kalau aku berada di posisi mbak Ayu, mungkin aku juga akan memimta pertanggungjawaban Mas Reza untuk menikahiku, meskipun aku berat untuk melepaskan Mas tapi apa boleh buat itu adalah resiko yang harus Mas tanggung sendiri. Biarlah mas jangan hiraukan aku, menikahlah dengan mbak Ayu, aku rela, aku rela,” kata Sinta sambil menangis.
“Terima kasih Sinta akan kebaikanmu, percayalah meski aku menikah dengan Ayu tapi cintaku tak pernah terampas olehnya, meskipun badan dapat dimiliki tapi hati tak dapat dimiliki, cintaku untukmu tak pernah tergantikan oleh siapapun, percayalah,” kataku meyakinkan Sinta.
Dengan berat hati akhirnya akupun meninggalkan Sinta yang terus menangis, memang pada waktu itu aku membayangkan betapa hancurnya perasaan Sinta. Aku juga tak henti-hentinya menangis memikirkan hal itu. Ini semua karena ulahku, ulah laki-laki yang tidak tahu diri. Selang beberapa hari akupun menikah dengan Ayu, yang usianya beda belasan tahun denganku. Ayu lebih tua dariku.
Aku dan Ayu dikaruniai seorang anak.
Aku tinggal di rumah Ayu peninggalan almarhum suaminya dengan ke empat anak tiriku.
Aku dan ke empat anak tiriku selalu hidup rukun sampai mereka menikah. Mereka adalah anak-anak yatim yang perlu kita kasihani. Tidak terasa sudah puluhan tahun aku menikah dengan Ayu. Sudah puluhan tahun pula Sinta hidup melajang. Dia tidak mau menikah dengan laki-laki lain kecuali denganku. Sungguh aku merasa prihatin. Aku merasa berdosa. Aku harus bertanggungjawab, Sinta seperti ini gara-gara aku.
Akhirnya semua diam-diam tanpa sepengetahuan Ayu aku menikah dengan Sinta, dia masih menerima cintaku dengan tulus.
Pada suatu hari dengan harap-harap cemas aku menemuinya.
“Sinta, aku tahu. Kamu tidak mau menikah dengan laki-laki lain karena aku, mungkin kamu merasa trauma dengan  kejadian yang dulu. Maafkan aku Sinta. Memang aku laki-laki yang tidak tahu perasaan, tidak berguna, laki-laki yang tidak menghormati kesucian cinta, laki-laki yang biadab,” aku memaki-maki diriku sendiri.
“Sudahlah Mas, aku juga sudah melupakannya, meskipun sekarang menyesalinya, apa gunanya, semua tidak akan kembali ke asal, nasi sudah menjadi bubur, mungkin ini sudah suratan takdir, hujan yang turun tidak akan berbalik lagi ke langit, mau apa lagi,” kata Sinta dengan tenang.
“Kamu baik sekali Sinta, dalam hati kecilku, aku selalu memikirkanmu. Maukah kamu menerimaku kembali setelah keadaanku seperti ini,” kataku pada Sinta.
“Apa maksudnya, Mas?” tanya Sinta terperanjat kaget.
“Aku sengaja menemuimu untuk menyambungkan kembali cinta kita yang pernah hilang, maukah kamu menjadi istriku?” tanyaku harap-harap cemas.
“Bukankah Mas masih berumah tangga dengan mbak Ayu?” Sinta bertanya dengan penuh kebingungan.
“Ya.... Tapi selama ini hidupku tidak merasa tenang, selalu dibayangi perasaan bersalah, mungkin aku akan merasa tenang kalau aku telah menikah dengamu,” kataku sambil berurai air mata.
“Mas jangan menangis seperti itu. Sebenarnya akupun sama dengan Mas, setelah Mas menikah dengan Mbak Ayu, hidupku tidak tenang, selalu galau dan gelisah, akupun selalu menolak semua laki-laki yang mau menikahiku, entah kenapa, seolah-olah sudah tidak ada gairah hidup, akupun punya pikiran yang sama, seandainya aku menikah dengan Mas, mungkin hidupku akan merasa tenang,” kata Sinta membuka harapanku.
“Kalau begitu, maukah kamu menjadi istriku, Sinta?” tanyaku bersemangat.
“Ya... akupun tidak keberatan Mas, aku mau menikah dengan Mas. Tidak apa-apa aku menjadi madunya mbak Ayu.” Kata Sinta.
“Benarkah, tidak salah yang aku dengar.?”
“Tidak Mas, ini bukan mimpi. Ini benar, aku mau menjadi istri Mas, mungkin kita berjodoh meskipun sudah berpisah puluhan tahun. Jodoh itu tidak akan kemana. Jodoh itu dari Tuhan, kita tidak akan bisa menolaknya,”
“Terima kasih Sinta, kamu mau menerimaku kembali, ya... Tuhan terima kasih atas segala kemurahan-Mu,” kataku dengan penuh bahagia.
Tidak lama berselang akupun resmi menikah dengan Sinta tanpa sepengetahuan Ayu. Akupun telah melakukan rekonstruir, membangun kembali suatu hubungan yang pernah hilang untuk kembali ke semula. Kini aku telah dikaruniai seorang putra dari Sinta, cinta sejatiku. Kini hidupku merasa tenang tidak lagi merasa terbebani, memang jodoh tak bisa ditolak tetap hinggap pada tempatnya. Ini bukan merupakan konseptualisasi dalam hidup tapi mengalir secara natural.
Meski sang merpati telah terbang jauh ke seberang samudera akhirnya kembali ke sarang juga, menemui merpati pujaan hati yang telah menunggu selama musim berganti.

Cisaga, 11 Pebruari 2014

======
Kita diperintahkan shalat dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Bukhari]



Apabila ada yang salah "Mohon Maaf" mudah-mudahan berkenan mengoreksinya ...


Baca Juga  artikel -----



No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan