torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Sunday 31 January 2016

Meminimalisir “Owah Gingsir”

MEMINIMALISIR “OWAH GINGSIR” Oleh : Uju Gunawan, S.Pd. M.Pd.* 

 Owah gingsir adalah istilah dalam bahasa sunda yang maknanya kurang lebih keadaan hati yang tidak tetap, tidak “ajeg”, atau relative sering beralih-alih prinsif. Keadaan owah gingsir ini dalam keseharian sepertinya masih punya ruang toleransi permakluman yang cukup tinggi. Sehingga ketika seseorang masuk dalam kategori owah gingsir sepertinya hal itu biasa saja dan tak usah dipersalahkan. “Maklumlah pan jalmi mah sok keuna ku owah gingsir” demikian rangkaian kata permakluman yang sering terdengar untuk berjuta substansi kasus yang terjadi, dari tingkat kelalaian terendah sampai tertinggi atau tingkat kesalahan teringan sampai kesalahan dengan tensi terberat sekalipun. Masih bisa dimaklumi memang bila kasus yang terjadi dalam level tertentu, hal itupun relative tentunya tergantung efek yang timbul terhadap pihak korban. Namun bila sudah memasuki wilayah tugas, disiplin, apalagi menyangkut keimanan sepertinya owah gingsir ini harus dihadapkan dengan kartu merah. Jangan beri ruang untuk kelalaian dan kesalahan disengaja bila menyangkut hal-hal di atas. Hingga jangan jadi kebiasaan pelaksanaan tugas sekali kali diabaikan, kedisiplinan sekali kali dilanggar, negara sekali kali dipertaruhkan martabatnya, bahkan keimanan sekali kali digadaikan semata berlindung di balik ruang ‘owah gingsir’. Terkait dengan kewajiban dan norma mungkin banyak hal yang mengingatkan untuk senantiasa kembali keluar dan menjauh dari zona owah gingsir sebab kita dihadapkan dengan funisment atau bahkan Hukum yang berlaku. Namun apabila terkait kedisiplinan dan gapaian cita-cita pribadi misalnya kita sangat butuh niat serta komitmen yang kuat untuk tetap berusaha maksimal dalam upaya menggapainya. Apabila owah gingsir melemahkan semangat penggapaian apalagi membelokan arah maka potensi berantakan menyongsong memporak-porandakan masa depan kita. Begitu pula iman kadang-kadang dapat berubah, berkurang atau bertambah. Pengalaman hidup yang menyebabkan penderitaan ada kalanya sangat berat, sehingga orang merasa tenggelam di dalam tumpukan penderitaan yang datang silih berganti. Keadaan demikian berpotensi keimanan kita kepada Allah menjadi goncang. Bahkan lebih ekstrem mungkin ada yang merasa tidak percaya lagi kepada-Nya. Bila dalam keadaan yang demikian tidak menemukan orang yang dapat dijadikan tempat mengadu, kemungkinan besar menjadi putus asa. Tidak jarang pikiran untuk bunuh diri timbul dalam hati seseorang. Kegoncangan iman itu, benar-benar akan menyebabkan derita pada orang-orang tertentu. Ia dihadapkan kepada suatu konflik kejiwaan yang tidak mudah diatasi, bahkan mungkin membawa kepada situasi kegalauan atau bahkan gangguan kejiwaan. Untuk menghindari dan mengatasi hal-hal tersebut, semacam keraguan hati dan owah gingsir di dalam Al Qur,an cukup banyak terdapat do’a-do’a yang diajarkan oleh Allah SWT. Dan dilakukan oleh nabi-nabi- Nya, Sebagaimana do’a mohon kemantapan hati dalam beriman (surat Ali Imran ayat 8-9) yang artinya : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Karunia.” Do’a yang lain lagi terkait permintaan ketabahan hati dan keteguhan pendirian serta pertolongan Allah dalam menghadapi orang kafir (surat Al-Baqarah ayat 250) yang artinya : “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkan pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” Karena itu, mari biasakan membaca do’a pada setiap kesempatan. Janganlah tinggalkan sajadah sebelum kita lantunkan do’a. Banyak hal harus kita laksanakan, harus kita gapai dengan penuh kesungguhan. Jangan cita-cita besar kita terkontaminasi bahkan gagal gara-gara dalam perjalanannya kita termakan owah gingsir / sikap yang tidak teguh. Tetapkan hati, kukuhkan niat dalam bekerja, melaksanakan kewajiban pekerjaan, sikap social dan juga dalam hal beribadah senantiasa maksimal dan optimal sesuai kapasitas kemampuan kita. Beri penguatan dengan senantiasa berdo’a kepada Allah, semoga Allah SWT. melimpahkan hati yang senantiasa bersyukur pada Nya serta punya komitmen yang tinggi teguh dalam prinsif. Aamiin –

 

No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan