torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Tuesday 9 February 2016

Sekilas Mengenal tentang Situs Karangkamulyan

Sekilas Mengenal tentang Situs Karangkamulyan Oleh : Uju Gunawan, S.Pd. M.Pd. Situs Karangkamulyan merupakan situs dari masa Hindu-Buddha dengan koordinat 7°20,84'S 108°29,376'E. Diperkirakan situs ini merupakan peninggalan masa Kerajaan Galuh. Situs Karangkamulyan berada di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing. Komplek situs berupa hutan yang luasnya 25,5 hektar berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Ciamis – Banjar. Batas situs di sebelah utara adalah jalan raya, sebelah timur Sungai Cimuntur, selatan Sungai Citanduy, dan barat rest area. Kapan situs ini ditemukan tidak diketahui secara pasti. Masyarakat setempat menyebutkan bahwa sejak sekitar tahun 1700 komplek ini sudah sering dikunjungi untuk berbagai maksud. Namun demikian inventarisasi benda-benda purbakala yang dilakukan oleh N.J. Krom pada tahun 1914 tidak menyebutkan adanya komplek Karangkamulyan. Komplek situs Karangkamulyan sekarang merupakan objek wisata budaya yang sudah tertata rapi. Gerbang masuk utama terdapat di bagian barat. Pada bagian ini tersedia lahan parkir yang cukup luas dilengkapi fasilitas warung makanan yang berjajar rapi di bagian timur halaman parkir. Di sebelah selatan halaman parkir masih terdapat halaman cukup luas yang pada bagian barat berdiri fasilitas masjid yang cukup megah. Untuk memasuki komplek Karangkamulyan melalui pintu masuk yang terdapat di sisi timur halaman belakang tempat parkir. Dengan melalui jalan tanah yang terpelihara bersih beberapa situs dengan mudah dan nyaman dapat dijangkau. Di dalam komplek situs tersebut terdapat beberapa objek. a) Pangcalikan Pertama kali yang dijumpai dari pintu masuk situs ke arah timur yaitu Situs Pangcalikan. Situs ini berupa lahan yang telah diberi pagar. Situs Pangcalikan terdiri tiga halaman masing-masing dibatasi susunan batu dengan ketinggian sekitar 1 m lebar 0,35 m. Halaman pertama terletak di sebelah selatan. Halaman kedua terdapat di sebelah utara halaman pertama. Selanjutnya halaman ketiga terdapat di sebelah utara halaman kedua. Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan cungkup tanpa dinding tetapi diselubungi vitrage putih. Tinggalan yang ada berupa batu putih tufaan berukuran 92 x 92 cm dengan tinggi keseluruhan 48 cm. Batu ini oleh masyarakat disebut pangcalikan. Di sebelah selatan batu ini berjajar tiga buah batu datar dari bahan andesitik. Di sebelah barat daya batu pangcalikan terdapat sekumpulan batu satu diantaranya berbentuk bulat panjang. b) Sipatahunan, Sanghyang Bedil dan Panyabungan Hayam Melalui jalan tanah ke arah timur terdapat simpang empat. Simpang empat ini ke arah utara menuju Sipatahunan dan ke arah selatan menuju Situs Sanghyang Bedil dan Panyabungan Hayam. Sipatahunan adalah salah satu bagian tepian Citanduy yang landai. Situs Sanghyang Bedil berupa bangunan susunan batu berbentuk segi empat. Pada sisi selatan terdapat celah tembok sebagai jalan masuk. Di tengah lahan terdapat 2 batu panjang dalam keadaan patah. Sebuah batu dalam posisi tegak dan yang satunya lagi roboh. Batu yang roboh ini disebut Sanghyang Bedil karena bentuknya mirip senapan (bedil). Di sebelah selatan Situs Sanghyang Bedil terdapat lahan yang disebut Panyabungan Hayam. Halaman ini berbentuk melingkar yang di tengahnya terdapat pohon bungur. Pada sisi utara terdapat tatanan batu. c) Lambang Peribadatan Menyusuri jalan tanah ke arah utara kemudian berbelok ke timur akan dijumpai batu Lambang Peribadatan. Batu ini berada pada halaman yang dibatasi susunan batu berbentuk bujur sangkar. Jalan masuk berada di sisi timur. Di tengah halaman terdapat batu berdiri berbentuk segi empat panjang, dikelilingi susunan batu bulat. Batu berdiri tersebut dahulu (tahun 1960-an) ditemukan di sebelah utara lokasi sekarang pada jarak sekitar 10 m. Dengan berbagai pertimbangan kemudian didirikan di lokasi sekarang dan dibuatkan pagar dari susunan batu sebagaimana objek yang lain. d) Cikahuripan Menyusuri jalan tanah ke arah timur akan sampai di Cikahuripan. Cikahuripan merupakan pertemuan dua sungai kecil yang bernama Citeguh dan Cirahayu. Kondisi Cikahuripan yang ada sekarang merupakan tempat mandi untuk keperluan tertentu. Bangunan yang ada merupakan bangunan baru dengan dilengkapi berbagai fasilitas misalnya tempat sholat. e) Panyandaan dan Makam Sri Bhagawat Pohaci Ke arah timur dari Cikahuripan terdapat susunan batu berbentuk persegi yang menyerupai tembok batu. Pada sisi timur terdapat celah sebagai jalan masuk. Di tengah struktur batu keliling terdapat batu berdiri dan batu datar berbentuk segitiga yang dikelilingi susunan batu kecil. Situs ini disebut Panyandaan. Di depan Situs Panyandaan terdapat tiga buah batu berdiri yang salah satunya dalam posisi condong. Di sekitar batu berdiri ini terdapat sebaran batu-batu bulat. Objek ini dipercaya sebagai makam Sri Bhagawat Pohaci. f) Pamangkonan Situs Pamangkonan terletak jauh di sebelah selatan Situs Panyandaan atau di sebelah timur Situs Pangcalikan. Objek berupa susunan batu berbentuk persegi. Pada sisi timur terdapat celah sebagai jalan masuk. Di tengah objek terdapat susunan batu-batu bulat mengelilingi salah satu batu. Batu ini juga disebut Sanghyang Inditinditan dahulu ditemukan di Sungai Citanduy. g) Makam Adipati Panaekan Jalan dari Pamangkonan ke arah tenggara terdapat makam Adipati Panaekan. Objek yang ada berupa tatanan batu bersusun melingkar. Di tengah susunan batu tersebut terdapat makam. Adipati Panaekan adalah tokoh yang menurunkan bupati pertama Ciamis. h) Fetur Parit dan Benteng Selain beberapa objek sebagaimana disebutkan terdahulu, di komplek Karangkamulyan terdapat fetur parit. Parit ini dijumpai di sebelah barat halaman parkir dan di sekeliling situs inti. Jejak parit kuna di sebelah barat halaman parkir tepatnya terletak pada batas situs sekarang dengan kawasan rest area. Parit tersebut membujur utara-selatan menghubungkan antara Sungai Citanduy dengan Sungai Cimuntur. Keadaan parit di sebelah selatan jalan raya sudah tidak begitu tampak. Sedangkan di sebelah utara jalan raya masih jelas keadaannya. Lebar parit yang ada sekitar 10 m dengan kedalaman sekitar 2 m. Situs Karangkamulyan (Zona I), dikelilingi oleh parit kuna yang memiliki lebar bervariasi 0,5-1,5 meter, sebagian tertutup oleh semak. Pada sisi luar parit di sebelah terdapat gundukan tanah membentuk benteng membujur utara-selatan, dengan tinggi sekitar 2 m dengan lebar bervariasi antara 3 hingga 4 m. Dilihat dari jejak-jejak yang ada, benteng ini juga berlanjut hingga tepi Sungai Cimuntur. Berdasarkan temuan keramik asing menunjukkan berasal dari sekitar abad ke-10 – 17. Situs ini sangat cocok dijadikan objek wisata karena berada di jalur jalan utama yang menghubungkan Jawa Barat – Jawa Tengah. Pada sektor kepurbakalaan pemanfaatannya sudah dilakukan namun masih perlu adanya peningkatan. Sebagai peninggalan purbakala seharusnya informasi tentang kepurbakalaan itu sendiri yang perlu diangkat. Legenda yang melatarbelakanginya terasa lebih mendominir bila dibandingkan dengan aspek peninggalan purbakalanya. Keberadaan “rumah informasi” perlu ditingkatkan fungsinya. Lain dari pada itu, situs Karangkamulyan masih menyimpan potensi yang berkaitan dengan keanekargaman hayati yang ada di situs tersebut. Kera yang hidup di hutan dan berbagai jenis tumbuhan merupakan daya tarik tersendiri. --

No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan