torototheong

Media Berbagi Semoga ada Manfaatnya ...

Breaking

Tuesday 9 February 2016

Sekilas Mengenal Situs Astana Gede (Kawali - Ciamis)

Sekilas Mengenal Situs Astana Gede (Kawali - Ciamis) Oleh : Uju Gunawan, S.Pd. M.Pd. Situs Astana Gede Terletak di Desa Kawali, Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis, letaknya sekira 21 km dari kota Ciamis ke arah Utara. Di dalam situs ini terdapat banyak peninggalan arkeologis dan yang lebih menariknya lagi di situs ini terdapat tiga budaya yang berbeda yaitu antara budaya lokal, budaya Hindu dan Islam. Beberapa tinggalan arkeologis tersebut di dalamnya mencakup enam buah batu prasasti, tiga buah batu menhir, sebelas buah makam. Luas situs Astana Gede adalah sekitar 5 ha, keberadaannya dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun dan tinggi sehingga memberikan nuansa udara yang sejuk. Situs Astana Gede, Menurut Prof. Nina H. Lubis (dalam makalahnya yang berjudul, Tinggalan Arkeologis di Astana Gede Kawali), dikatakan situs Astana Gede karena di situs tersebut terdapat sebuah makam yang ukurannya besar, panjang sekali dan berbeda dengan makam-makam lain pada umumnya. Oleh karena itu dinamakan situs Astana Gede, dalam bahasa Sunda gede artinya besar. Namun ada juga versi yang menyebutkan bahwa di situs Astana Gede adalah karena tempat dimakamkannya orang-orang besar, dalam bahasa Sunda disebut gegeden. Terlepas dari itu, Makam tersebut diduga adalah Pangeran Usman, salah satu raja yang sudah memeluk agama Islam, beliau merupakan keturunan dari Kesultanan Cirebon. Situs Astana Gede mempunyai arti penting bagi sejarah Kerajaan di Indonesia, khsusnya di Tatar Sunda. Artefak atau tinggalan-tinggalan purbakala itu seakan-akan telah memberikan informasi bahwa di daerah tersebut pernah tumbuh Pusat Kerajaan Sunda – Kawali. Jika mengacu pada sasakala nama Kawali itu sendiri, yakni disana terdapat satu kolam yang berbentuk ”kuali” yang airnya tak pernah kering. Istilah kolam berbentuk kuali ini, menjadi cikal bakal nama Kecamatan Kawali sekarang. Prasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasasti yang ditemukan di kawasan tersebut, terutama pada prasasti "utama" yang bertuliskan paling banyak (Prasasti Kawali I). Adapun secara keseluruhan, terdapat enam buah prasasti yang masing-masing prasasti ditulis dengan menggunakan bahasa dan aksara Sunda. Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-14, dilihat berdasarkan nama-nama raja. Terjemahan dari Prasasti Kawali I berbunyi, sebagai berikut: “Demikian tapak pertama bekas yang mulia ialah Prabu Wastu yang bertahta di Kota Kawali, yang memperindah Istana Surawisesa, yang membuat parit keliling (ibu kota), yang menyuburkan seluruh pedesaan. Semoga para penerus dapat menerapkan kerja yang baik agar dapat unggul di dunia” Prasasti Kawali II, Prasasti ini memberikan informasi bahwa Prabu Wastu, berusaha untuk menyerahkan kehidupan rakyatnya dan menghimbau kepada para penerusnya agar mau bekerja dengan baik sebagai syarat untuk hidup bahagia dan berhasil. Jika dihubungkan dengan bunyi prasasti induknya, mungkin sekali tulisan itu dimaksudkan sebagai himbauan agar ia (Prabu Wastu) tidak dirintangi dalam upayanya itu karena ia akan tetap tegar, bahkan mereka yang menghalangi akan roboh. Prasasti Kawali III, prasasti ketiga, berupa batu andesit, berbentuk segi lima beraturan. Pada bagian atas prasasti terdapat tulisan dan bagian bawah terdapat dua sepasang telapak kaki serta satu telapak tangan (kiri). Selain itu, terdapat garis-garis yang melintang sebanyak Sembilan buah dan garis membujur lima buah berpotongan membentuk 45 buah segi empat berbeda-beda ukurannya. Di bagian kiri kotak-kotak ini terdapat tulisan singkat berbunyi angana atau mungkin seharusnya ajnana. Ada berbagai penafsiran tentang prasasti ini. Ada juga yang mengartikan “datang” atau “menghampiri”. Mungkin maksudnya mengharapkan kedatangan yang dipuja (raja yang berkuasa). Ada yang menafsirkan kotak-kotak ini sebagai kolenjer (kalender tradisional)untuk menghitung hari baik dan hari buruk.Prasasti Kawali IV, berupa sebatang tonggak batu andesit yang berdiri tegak seperti menhir, berbunyi sanghiyang lingga bingba. Dalam tradisi lokal, batu panyandaan ini adalah tempat bersandar bagi kaum ibu yang telah melahirkan selama 40 hari agar cepat pulih.Prasasti Kawali V yang juga dipahatkan pada tonggak batu berbunyi sanghiyang lingga hiyang. Menurut pendapat seorang arkeolog, prasasti ini mungkin merupakan lingga perwujudan arwah nenek-moyang. Dalam tradisi rakyat disebut batu pangandungan.Prasasti Kawali VI, yang ditemukan terakhir, berbentuk batu segi empat tidak beraturan, berisi enam baris tulisan yang isinya berupa pernyataan dari penguasa yang berada di dayeuh ‘ibu kota’ dan himbauan agar jangan suka berjudi atau bertaruh karena hanya akan membuat sengsara raja. Situs Astana Gede di samping sebagai taman Cagar Budaya dan sebagai obyek wisata budaya, juga merupakan obyek ilmu pengetahuan. Banyak tinggalan budaya masa lampau yang sudah dizamah oleh para ilmuwan seperti ahli arkeologi, ahli filologi, sejarawan, geolog, dsb. Tentunya mereka datang untuk melakukan penelitian mulai dari jenis batu-batuan, tulisan dan bahasanya, atau temuan-temuan lain yang berhasil digali terutama oleh para ahli arkeologi.Penelitian di Astana Gede mulai dilakukan pada zaman Belanda, tetapi lebih menitik beratkan pada prasasti. Tahun 1914 Oudhekumdige Diens mengadakan inventarisasi data arkeologi di Astana Gede Kawali ini. Prasasti ini pertamakali agaknya ditemukan pada masa Thomas Stamford Raffles (1811-1816), terbukti disebut-sebut dalam bukunya History of Java. Namun, prasasti itu baru dibaca secara serius oleh Friederich pada tahun 1855. Selanjutnya prasasti dibaca ulang oleh K.F. Holle, pada tahun 1867 dan terakhir J Noorduijn pada tahun 1988. Dua orang filolog Indonesia yang juga membaca ulang prasasti ini adalah Saleh Danasasmita (1984) dan Atja (1990). Situs Astana Gede Kawali sangat menarik untuk dikembangkan sebagai obyek wisata budaya, karena cukup lengkap ragam tinggalan budayanya, juga kandungan nilai-nilai luhur terutama pada prasasti-prasasti yang ada. (dari berbagai sumber) --

No comments:

Tetap Jaga Protokol Kesehatan